“Pesan orangtua saya, jangan bikin susah orang. Kerja yang baik. Kalau memang tidak mampu melakukan sebuah pekerjaan, lebih baik berterus-terang mengakui. Jangan bekerja setengah-setengah, karena tidak ada hasil yang bagus dari kerja setengah-setengah.”
- Burhanuddin Baharuddin -
(Bupati Takalar)
--------
Burhanuddin
Baharuddin:
Jangan Kerja
Setengah-setengah
Penampilannya memang tampak sederhana,
tetapi pemikiran dan cita-citanya sangat tidak sederhana, terutama untuk
membangun Kabupaten Takalar. Ia telah banyak berbuat untuk memajukan “Butta
Panrannuangku” dan ia juga punya impian atau cita-cita besar untuk membangun
Kabupaten Takalar.
Begitulah gambaran sosok Dr Burhanuddin
Baharuddin, pria kelahiran Makassar, 28 Oktober 1962, yang menjabat Bupati
Takalar masa bakti 2012-2017.
“Takalar sangat banyak potensinya, harus
ada perencanaan untuk membangunnya. Terus-terang saya belum puas, karena
potensi yang ada dengan hasil yang dicapai saat ini belum optimal,” katanya
dalam bincang-bincang dengan wartawan “Pedoman Karya”, Asnawin dan Hasdar
Sikki, di rumah dinas Bupati Takalar, Juli 2015.
Haji Bur–sapaan akrab Burhanuddin
Baharuddin–sangat yakin Kabupaten Takalar akan maju dan berkembang, karena
potensi yang ada sangat banyak, misalnya Kecamatan Mangara’bombang yang tengah
dirancang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk membangun industri terpadu
dan terintegrasi, seperti industri mobil dan motor yang semua komponennya
dibuat di Kabupaten Takalar, yang dilengkapi dengan bandara internasional dan
pelabuhan industri.
Ia juga mengimpikan setiap kecamatan di
Takalar memiliki daya tarik berbeda untuk menarik wisatawan dan investor,
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Takalar harus punya branding. Kita
harus membuat daya tarik pada setiap kecamatan, bukan hanya daya tarik wisata,
melainkan juga daya tarik berbagai bidang lainnya, termasuk industri pelelangan
ikan dan pelabuhan di Galesong,” ujar Haji Bur.
Suami dari Hj St Aisyah SE MM, dan ayah
dari tiga anak, mengatakan, kita harus menggantung cita-cita setinggi langit
dan tidak boleh ada keraguan di dalamnya.
“Semakin tinggi sebuah cita-cita,
semakin banyak tantangannya, tetapi kita tidak boleh berputus-asa. Kalau kita
mampu melewati tantangan itu, maka semakin hebatlah orang-orang yang ada di
dalamnya,” tandasnya.
Pemimpin yang baik, katanya, harus mampu
memprediksi apa yang akan terjadi 15-20 tahun ke depan, tetapi ia mengingatkan
bahwa hasil yang akan dicapai pada 15-20 tahun ke depan tersebut harus dimulai
dari awal dengan perencanaan yang matang.
Ibarat cita-cita memetik buah, maka
pohonnya harus ditanam terlebih dahulu dan dirawat bersama-sama. Tidak ada
hasil yang instan dan kita tidak boleh berpikir instan. Begitu pun dengan
pembangunan di Takalar.
“Tidak ada orang yang hebat sendiri,
kita harus bekerja bersama. Apa yang telah dicapai Takalar, itu bukan kerja
bupati saja, melainkan hasil kerjasama semua elemen yang ada,” kata Haji Bur.
Sebagai bupati, ia mengimbau kepada para
pimpinan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan seluruh Aparatur Sipil Negara
(ASN) di Takalar, agar bekerja dengan sepenuh hati dan tidak bekerja setengah-setengah.
“Pesan orangtua saya, jangan bikin susah
orang. Kerja yang baik. Kalau memang tidak mampu melakukan sebuah pekerjaan,
lebih baik berterus-terang mengakui. Jangan bekerja setengah-setengah, karena
tidak ada hasil yang bagus dari kerja setengah-setengah,” tandas Haji Bur.
-------
Sumber:
Majalah
PEDOMAN KARYA, Senin, 01 Februari 2016
(http://www.pedomankarya.co.id/2016/02/burhanuddin-baharuddin-jangan-kerja.html)
---------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar