Banyak tokoh dan orang besar yang sempat "melalui jalan berliku" dalam perjalanan hidupnya. Salah seorang di antaranya ialah AM Fatwa, pria kelahiran Bone, Sulsel, 12 Februari 1939, yang kini anggota DPR RI/Wakil Ketua MPR RI. Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu dulu adalah seorang imam masjid dan ustaz. Pada 1967 hingga 1970, dia dipercaya menjadi Imam Tentara, Wakil Kepala Dinas Rohani Islam KKO-AL (Marinir) Komando Wilayah Timur di Surabaya.
-------
AM Fatwa:
Dari Mimbar Masjid ke Penjara
Oleh : Asnawin
(dari berbagai sumber)
Banyak tokoh dan orang besar yang sempat "melalui jalan berliku" dalam perjalanan hidupnya. Salah seorang di antaranya ialah AM Fatwa, pria kelahiran Bone, Sulsel, 12 Februari 1939, yang kini anggota DPR RI/Wakil Ketua MPR RI.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu dulu adalah seorang imam masjid dan ustaz. Pada 1967 hingga 1970, dia dipercaya menjadi Imam Tentara, Wakil Kepala Dinas Rohani Islam KKO-AL (Marinir) Komando Wilayah Timur di Surabaya.
Setelah itu, selama sembilan tahun, Andi Mappetahang Fatwa menjabat Kepala Sub Direktorat Pembinaan Masyarakat Direktorat Politik Pemda DKI Jakarta/Staf Khusus untuk masalah-masalah agama dan politik Gubernur Ali Sadikin.
Perjalanan hidupnya sebenarnya cukup bagus, namun karena pemerintah orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto agak peka dengan berbagai kritikan, akhirnya orang seperti AM Fatwa yang kritis terpaksa berurusan dengan polisi dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara.
AM Fatwa beberapa kali menjadi tahanan politik, termasuk ketika Soekarno masih berkuasa. Terakhir ia dijatuhi hukuman penjara selama 18 tahun dan itu dijalaninya secara fisik selama 9 tahun, selanjutnya tahanan luar. Ketika BJ Habibie menjadi Presiden, AM Fatwa mendapatkan amnesti dan rehabilitasi. Hak-haknya pun sebagai pegawai negeri sipil dikembalikan.
Produktif Menulis Buku
Selama dalam penjara, ia cukup produktif membuat buku dan itu masih dilakukannya sampai sekarang, bahkan ia termasuk anggota DPR RI yang paling produktif membuat buku.
Karena produktivitasnya itu, Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan sebagai sebagai anggota parlemen yang paling banyak menulis buku, 2004. Sebelumnya, AM Fatwa juga menerima penghargaan dari MURI sebagai penyusun Pledoi Terpanjang di Pengadilan yakni setebal 1.118 halaman pada 1984.
Dalam buku berjudul A.M. Fatwa Dari Mimbar Ke Penjara, Suara Nurani Pencari Keadilan dan Kebebasan, ia mengatakan; "Barangkali memang kita harus menemukan kembali identitas religius-sosiologis dari agama fitrah (Islam) ini, sebagaimana terwujud dalam misi para nabi, ‘Menolong orang yang lemah, miskin, sakit, janda, lumpuh, telantar, yatim, terlilit utang, yang dipenjara, dan sebagainya yang termasuk katagori duafa."
Dia mengatakan, pembelaan terhadap mereka itulah identitas religius-sosiologis yang secara simbolis diungkapkan oleh Al-Qur’an dalam bahasa yang begitu metaforis dan puitis.
"Mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya," katanya.
Kalimat-kalimat tersebut seolah-olah merupakan simbol perjalanan panjang dan melelahkan dari penjara ke penjara –untuk menemukan kebebasan dan keadilan– yang dialaminya.
Biodata AM Fatwa
Nama : A.M. Fatwa
Tempat/Tgl Lahir : Bone, Sulawesi Selatan/12 Februari 1939
Alamat : - Rumah Dinas Jl. Denpasar Raya Blok C-III No.21,
Kuningan Jakarta Selatan,
Telp. 021-5223092 Fax. 5207708
- Kantor Jl. Kramat Pulo Gundul No. K-15,
Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Johar Baru,
Jakarta Pusat, Telp. 021-4255591
Istri : Nunung Nurdjanah
Anak : 1. M.Averus
2. Dian ISlamiati
3. Ikrar Fatahillah
4. Diah Sakinah
5. Rijalulhaq
Pendidikan : 1. Sarjana Muda (BA), IAIN Jakarta, 1963.
2. Sarjana Muda (BA) Publisistik,
Universitas Ibnu Khaldun, Jakarta, 1964.
3. S1 Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan,
Universitas 17 Agustus (Untag),
Surabaya/Jakarta 1970.
4. Kursus Staf dan Kepemimpinan ,
Pegawai Pemda DKI Jakarta, 1975.
5. Latihan Militer di Sekolah Dasar Perwira
Komando (Sedaspako) KKO-AL (Marinir),
Surabaya, 1966.
6. Beberapa kursus dan Pelatihan Manajemen,
di LPPM, Jakarta, 1979/1980.
Pekerjaan : - Imam Tentara, Wakil Kepala Dinas Rohani Islam,
KKO-AL (Marinir) Komando Wilayah Timur,
di Surabaya, 1967-1970
- Kepala Sub Direktorat Pembinaan Masyarakat,
Direktorat Politik Pemda DKI Jakarta/Staf Khusus
untuk masalah-masalah agama dan politik
Gubernur Ali Sadikin, 1970-1979
- Staf Khusus Menteri Agama Tarmizi Taher,
1996-1998
- Wakil Ketua DPR RI Periode 1999-2004
- Wakil Ketua MPR RI Periode 2004-2009
2 komentar:
nama saya roma dwi hartanto saya mencari kakek saya atau ayah kandung dari ayah saya kalo tidak salah namanya salam hartono dia pensiunan KKO MARINIR gunung sari jakarta pusat dan pernah di tugaskan di jakarta,,, dia cerai dengan istrinya yang bernama siti fatimah,,,ayah saya sudah dari kecil tidak bertemu dengannya
pak saya roma dwi hartanto anaknya nanang surya,,saya mencari kakek saya atau ayah kandung dari ayah saya ,,,nama kakek sayah salam dia pensiunan kko marinir dijakarta pusat dan pernah di tugaskan ke surabaya ,,dia cerai sama istrinya,,nama istrinya siti fatimah,,ayah saya sudah dari kecil tidak penah bertemu ayahnya
Posting Komentar